- 2019/2020
- Adminisrasi Guru
- Akreditasi
- Akreditasi PAUD
- beasiswa
- Buku Paket
- Celoteh
- Cerita Seri
- Diary Galau
- HANYA CERPEN
- Informatika
- Kurikulum 2013 Revisi 2018
- Modul
- MTs
- Otomotif
- PERANGKAT
- Perangkat SMA
- PROSEM
- Provider Seluler
- Puisi
- Resep Masakan
- RPP
- Soal dan Jawaban
- Soal Dan Kunci Jawaban
- Soal Multimedia
- Teks Laporan
- Teks Rekaman Percobaan
- True Story
CORETAN MAMA MUDA
AKU MENJANDI JANDA KARENA NANDA (part 9)
Sore itu, seusai jam kerja Mila langsung melajukan motornya menuju rumah. Begitulah Mila sekarang, tak bisa lagi Ia menikmati hidupnya sebebas dulu. Saat masih melajang, Ia kerap mejeng ke Mall untuk sekedar santai dan nongkrong di resto favorit bersama teman-temannya. Atau perawatan
di salon langganan mereka saat weekend, dan menikmati nonton Bioskop bareng saat ada film yang lagi hits. Tapi sekarang, jangankan untuk menonton di Bioskop yang memakan waktu berjam-jam, terlambat pulang 15 menit saja Handphone miliknya tak akan berhenti berdering sebelum Mila memberikan penjelasan secara lengkap dan jelas kepada Nanda. Bahkan dua bulan yang lalu, saat Mila ikut ngumpul acara makan-makan karena Anis, temannya berulang tahun, Mila harus pamit pulang lebih dulu dari yang lainnya karena Nanda terus-terusan menelfon dan melakukan panggilan video untuk memastikan bahwa Mila memang pergi dengan teman-teman wanitanya. Dan yang lebih menyebalkan, setiap lima belas menit sekali Nanda menelfon untuk menyuruh Mila agar secepatnya pulang. Mila pun akhirnya memutuskan untuk pulang lebih dulu, karena Ia takut teman-temannya merasa risih dan terganggu karena suaminya terus-terusan menelfon seperti seorang peneror saja.
Mila sampai di rumah dan kemudian menyapa suaminya dengan senyum terkembang. Ia terlihat ceria, karena memang hari ini mood-nya sedang sangat baik.
"Wah, cerah banget kayanya hari ini. Pasti riang karena duit fee udah cair ya."
"Ah, bisa aja kamu, Mas." balas Mila datar.
"Asik. Siniin tiga jutanya buat Modal jualan." Nanda berkata seperti orang menodong.
"Uangnya udah aku transfer ke Ayah, Mas." jawab Mila santai.
"Hah? Kok kamu main transfer gitu aja sih, Mil." Nanda protes, merasa tak terima karena Mila mengambil keputusan tanpa persetujuan dirinya.
"Iya, Ayah memang udah nelfon aku dari seminggu yang lalu. Ayah bilang butuh uang buat tambahan bayar angsuran Bank." jawab Mila santai, karena dia memang merasa tidak sedang melakukan kesalahan.
"Kamu transfer semua?"
"Enggak, aku transfer empat juta karena ayah butuhnya segitu." jawab Mila lagi.
"Ya udah, kalo gitu tiga jutanya sini buat aku."
"Nggak bisa gitu, dong Mas. Ini dua juta nya mau buat kebutuhan aku sehari-hari. Dua jutanya lagi aku simpen buat persiapan lahiran dan kebutuhan bayi kita nanti." Mila menolak halus permintaan Nanda.
"Kamu kok gitu, sih. Harusnya kamu nggak usah transfer ke Ayah kamu, ya!" Nanda mulai terlihat marah.
"Kenapa sih, Mas? Toh aku transfer ke Ayahku itu pake uangku sendiri, nggak minta sama kamu!"
"Heh, kamu dengar, ya! Perempuan itu kalau sudah menikah, orang pertama yang harus ia patuhi adalah suaminya, bukan lagi orang tuanya!" Nanda berucap tegas.
"Tapi itu uang hasil keringatku sendiri, Mas. Aku berhak penuh atas uang itu dan berhak menggunakannya untuk apapun tanpa persetujuan kamu." Mila membela diri, menyangkal kebenaran ucapan Nanda.
"Ridho suami adalah surga bagi istri. Jadi kamu nggak boleh melakukan hal yang kamu tidak meminta izin padaku sebelumnya. Jika kamu melakukan sesuatu yang aku tak mengizinkan atasnya, maka kamu akan berdosa, Mil..berdosa!" Nanda berucap dengan penuh penekanan.
"Tapi Ayahku sedang butuh, Mas. Lagipula dari sejak belum menikah, aku memang sudah terbiasa mengirimkan uang untuk Ayahku setiap ada pencairan fee. Itu semua aku lakukan sebagai bentuk baktiku sebagai anak, kamu harus ngertiin Aku."
"Sudah kubilang kan, bakti seorang wanita itu yang pertama adalah pada suaminya. Kamu sudah menikah denganku, jadi kamu sepenuhnya adalah milikku. Aku yang paling berhak atas apa-apa yang ada pada dirimu. Mulai besok, kamu harus izin sama aku sebelum kirim uang ke Ayahmu!" Nanda mulai menunjukkan arogansinya.
"Sini mana dompetmu!" bentak Nanda dengan serta merta menarik tas yang menggantung di bahu Mila, untuk kemudian mengambil dompet yang ada di dalamnya.
"Jangan, Mas!" Mila mencoba menarik dompet di genggaman Nanda, namun tangan kekar Nanda yang jelas lebih besar berhasil menepisnya.
Nanda membuka dompet itu, dan mengambil semua uang di dalamnya. Raib sudah uang dua juta milik Mila dalam sekejap. Mila hanya bisa terduduk lemas menyaksikan Nanda yang kemudian berlalu dengan langkah kasar meninggalkan dirinya. Entah kemana suaminya itu akan pergi. Apakah uang itu akan benar-benar dipakai untuk modal jualan oleh Nanda, Mila sendiri tak yakin.
Ah, Mila merasa lelah. Pernikahannya baru seumur jagung, tapi masalah yang dihadapinya sudah sepahit ini. Akankah Ia bisa bertahan?
Bersambung
Baca juga
Contributor
- Anish
- Kamu tidak akan pernah tau, sampai kamu mengalaminya sendiri
Posting Komentar
Posting Komentar