AKU MENJADI JANDA KARENA NANDA (part 4)


Urusan uang hantaran sudah selesai,  Mila sudah mentransfer semua uang itu ke rekening milik Ayahnya. Mila hanya perlu menunggu, karna semua urusan persiapan pernikahan diuruskan oleh Ayah dan Ibunya di kampung, Ia hanya perlu mengirimkan berkas dan data diri miliknya dan Nanda. Tanggal sudah ditentukan, tiga bulan lagi Ia akan menikah dengan Nanda, lelaki yang memang selama ini memenuhi ruang hatinya.

Namun semenjak persoalan uang hantaran sudah deal, Mila merasa ada sedikit perubahan pada sikap Nanda. Nanda jadi lebih cuek. Chat yang Ia kirimkan ke Nanda kerap  dibalas dengan ogah-ogahan. Ditelfonpun kadang tak direspon. Pokoknya Nanda benar-benar menghubungi Mila seperlunya saja, atau saat memang ada hal penting yang harus dibahas. Selebihnya, Nanda terkesan cuek.

Ada yang terasa mengganjal di hati Mila. Mengapa Nanda tak seperti Nanda yang dulu, Nanda yang sebelum menghilang tak tau rimbanya dan tiba-tiba kemudian datang lagi untuk melamarnya, Nanda yang manis dan penuh perhatian. Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi pikiran Mila. Jika memang Nanda tak menginginkan dirinya, lantas mengapa Ia tiba-tiba datang melamar? Tapi jika memang dia mencintai Mila, mengapa pula dia begitu abai dan tak sama sekali menunjukkan sekedar perhatian kecil untuk calon istrinya? Ah, entahlah ...  Mila sungguh bimbang. Apakah ini ujian bagi orang yang akan menikah? Ia sering dengar dari orang-orang, bahwa pasangan yang akan menikah kerap diuji keyakinannya, entah itu dengan pertengkaran yang sering terjadi, atau apapun itu yang membuat calon pengantin meragu pada pasangannya.

'Baiklah, mungkin ini hanya tipu muslihat setan yang sengaja membuat aku dan Nanda meragu. Setan tak senang melihat orang yang akan menikah, karena menikah termasuk salah satu ibadah.' Begitu fikir hati Mila.

Hari ini, Mila berniat akan menemui Nanda dan membawakan makan siang spesial untuk calon suaminya itu. Jam istirahat siang Ia sengaja mampir ke rumah Nanda agar mereka bisa makan siang bareng dengan menu spesial yang Mila beli dari salah satu resto cepat saji favorit Nanda. 'Ah, sosweet. Nanda pasti akan senang dengan perhatian sederhana yang kuberikan ini.'  Mila bergumam senang dalam hati.

Pukul 12.10 Mila sudah tiba di depan rumah Nanda. Dari kantornya menuju rumah Nanda tentu tidaklah jauh, karena Nanda tinggal di lokasi perumahan yang di jual oleh perusahaan tempat Mila bekerja. 

Saat itu pintu rumah Nanda terbuka, Mila tak perlu mengetuk. Belum sempat Mila mengucap salam, sudah muncul si Ipang, karyawan di toko sembako Nanda.

"Eh, ada teh Mila." Sambut Ipang ramah.

Mila tersenyum manis, "iya nih, Nandanya mana, Pang?"

"Lagi di atas teh dia." Jawab Ipang lagi.

"Ooh, gitu ya. Ini aku bawain makan siang nih buat Nanda." Ujar Mila sembari menunjuk bungkusan yang sedari tadi dibawanya.

"Teteh duduk aja dulu, ya. Aku panggilin Mas Nandanya." Kata Ipang sembari mempersilahkan Mila duduk, kemudian Ia berlalu menuju tempat Nanda berada.

Lima menit berselang, Ipang sudah muncul lagi, seorang diri tanpa Nanda.

"Teh, kata Mas Nanda itu makanannya taro aja dulu di meja. Nanti juga dimakan, dia lagi sibuk katanya."

Mila sedikit terperangah mendengar kalimat yang diucapkan oleh  Ipang.
"Emang Nanda nggak bakal turun nemuin aku gitu barang sebentar aja?" Mila bertanya untuk memastikan.

"Hmm ..." Ipang menggaruk kepalanya yang tak gatal, Ia seperti sedikit sungkan untuk melanjutkan kalimatnya, "kata Mas Nanda, teh Mila pulang aja. Kalo nungguin nanti takut kelamaan, kan teh Mila harus kerja lagi. Mas Nanda masih sibuk banget soalnya."

"Serius? Emang sibuk ngapain sih dia?" Mila berdecak kesal.

"Ya gitulah teh, lagi beres-beres ruangan atas. Sibuk bangetlah, lagi nggak mau diganggu katanya." Jawab Ipang.

"Yaudahlah, aku pulang aja." Ujar Mila dengan perasaan penuh sesak. 

'Ada apa sebenarnya? Sebegitu sibuknya kah hingga tak bisa meluangkan waktu barang lima menit untuk menemui? ' Mila menggerutu dalam hati. Ia tak mengapa jika mereka tak jadi makan siang bareng, tapi setidaknya Ia ingin sedikit dihargai. Ia sudah datang dan membawakan makanan spesial, jangankan diberi ucapan terimakasih dan sambutan dengan senyuman manis, ini bertatap muka saja tidak. Sungguh Mila merasakan sesak yang teramat sangat di dadanya.

Di sepanjang perjalanan menuju kantor, Mila melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Tak terasa air mata yang sejak tadi ia tahan, mengalir deras tak terbendung. Ah, Ia merasa setan telah berhasil menguatkan keraguannya.

Bersambung


*maaf ya kalo ceritanya terlalu pendek, mau lanjut tapi bocah keburu bangun 😂
Gimana? Mending Mila  lanjut apa jangan nih nikahnya? 😁

Baca juga

4 komentar

Posting Komentar