- 2019/2020
- Adminisrasi Guru
- Akreditasi
- Akreditasi PAUD
- beasiswa
- Buku Paket
- Celoteh
- Cerita Seri
- Diary Galau
- HANYA CERPEN
- Informatika
- Kurikulum 2013 Revisi 2018
- Modul
- MTs
- Otomotif
- PERANGKAT
- Perangkat SMA
- PROSEM
- Provider Seluler
- Puisi
- Resep Masakan
- RPP
- Soal dan Jawaban
- Soal Dan Kunci Jawaban
- Soal Multimedia
- Teks Laporan
- Teks Rekaman Percobaan
- True Story
CORETAN MAMA MUDA
ISTRI PINTAR, "ISTRI IDAMAN"
"Ma, pokoknya mulai bulan depan, semua gajiku aku kasihin ke Mama!" Ujarku pada Raisa, Istriku.
"Iiih, jangan! Pokoknya aku nggak mau, Pa!" Raisa mendelik.
"Mama nih aneh. Di mana-mana juga yang namanya istri pasti mau terima full uang gaji suaminya, ini Mama malah nggak mau." Aku berucap kesal.
"Mama kan istri idaman, wleee!" Jawab Raisa sambil menyeringai licik.
"Idaman apaan, licik Mama mah ... kelewat pintar." Jawabku dengan ekspresi muka datar.
"Tapi Papa syukaaa, kaaan." Raisa mengedip centil sembari menoel hidungku.
Aku bekerja sebagai Kepala Toko di sebuah minimarket ternama. Gajiku bisa dibilang lumayan, di atas UMR. Untuk menghidupi keluarga kecilku yang baru memiliki satu anak, bisa dibilang cukup. Memang belum berlebih, tapi setidaknya kami tidak hidup kekurangan. Tapi Raisa, Ia tak pernah mau menerima gaji full dariku. "Nggak mau ah, kalau semua uang aku yang pegang, nanti Papa nggak akan ngerti gimana susahnya mengatur dan mengelola uang agar cukup sebulan. Terus juga aku jadi nggak bisa nitip beli ini itu ke Papa. Pokoknya aku mau terima jatah buat biaya makan aja, titik." Begitu selalu jawabannya jika aku berniat memberikan semua gajiku padanya.
Dulu aku memaklumi Raisa tak mau menerima uang gajiku secara full, karena Ia masih bekerja sebagai staff Akunting di sebuah perusahaan property. Tapi semenjak Ia hamil, Ia memutuskan untuk berhenti bekerja agar lebih fokus mengurus anak kami. Dan ternyata setelah berhenti bekerjapun, Raisa tetap tak mau menerima gajiku secara utuh. Saat gajian, Ia akan menunjukkan catatan di ponsel miliknya, yang berisi rincian pengeluaran tetap per bulan. Pos-pos pengeluaran yang sudah pasti seperti cicilan rumah, listrik, kiriman ke orangtua , investasi di reksadana, pulsa, pampers, dan iuran RT sudah Raisa rincikan. Setelah ditotal, Ia kurangkan semua pengeluaran itu dari total penerimaan gajiku. Sisanya, dibagi sebagian untuk peganganku dan sebagian lagi untuk Raisa, untuk biaya makan sehari-hari.
"Nah, jadi segini ya yang Papa transfer ke aku." Raisa biasanya akan menunjukkan nominal yang sudah Ia tulis di catatannya, jumlahnya berkisar seperempat dari total gajiku.
Nominal itu tidak besar, memang. Tapi dengan uang segitu, dia sudah santai tak perlu memikirkan apa-apa lagi, hanya untuk makan sehari-hari. Biaya pengeluaran rutin dan biaya tak terduga, tentulah aku yang menanggungnya. Yang jadi masalah, biaya tak terduga biasanya lumayan juga kalau Raisa sedang kalap belanja online. Ya, meskipun jika sebelum akhir bulan uangku sudah habis, ujung-ujungnya aku minta ke dia juga sih. Dan dia akan bertanya, "butuh berapa dan untuk apa aja itu?" Ampun deh punya Istri mantan Akunting, sungguh detail dan terperinci gaess.
Jika token listrik berbunyi, dia tinggal berteriak, "Pa, tokennya habis tuh. Isiin gih."
"Pa, pampers abis. Shampo buat Rafatahar juga tinggal sedikit, jangan lupa beliin ya."
"Pa, Mama liat di instagram Minyak goreng sama Deterjen cair lagi promo tuh di minimarket tempat Papa kerja, kalo pulang sekalian beliin ya."
"Pa, pengen bakso sama martabak, pulang nanti bawain, ya."
"Pa, kuota aku abis. Bisa kali beliin pulsa."
"Pa, ngemil coklat Silverking kayaknya enak, nitip dong."
Begitulah kira-kira isi chat yang sering dikirim oleh Raisa untukku saat aku sedang bekerja.
Atau yang lebih horor, "Pa, ini nomor virtual akunnya. Transferin ya." Sederet nomor terpampang, untuk pembayaran belanja online di sebuah marketplace yang bermurah hati memberikan gratis ongkir. Biasanya ini untuk pembelian produk skincare. Jika aku terlambat membalas, Raisa akan mengirim chat lagi, "Kelamaan ah, Papa. Tadi aku udah transfer sendiri, hehe."
Begitulah, Raisa memang tau Id dan password internet banking-ku. Jadi ketika Ia butuh mentransfer sesuatu Ia bisa langsung mentransfer sendiri, tetapi tetap dengan memberitahuku agar aku tidak kaget ketika melihat saldo tiba-tiba sudah berkurang.
Sungguh, Istriku memang terlalu pintar. Dia tak mau menerima full gajiku agar tak pusing mengelola uang, jadilah aku yang dibikin pusing. Kalau suami lain mungkin akan senang jika uangnya tak harus diserahkan semua kepada Istri, tapi aku justru sedikit kewalahan. Ah, dasar Raisa, aku diakalin ini mah ceritanya hahhaha. Tapi tak apalah, aku masih tetap cinta kok sama Istriku.
*Para Suami di sini ada nggak yang sering diakalin begini sama Istrinya? 😂
Atau, adakah Emak-emak yang tipe "Istri Idaman" seperti Raisa ini?
Yuuk share gimana pengelolaan keuangan kalian bareng pasangan.
Baca juga
Contributor
- Anish
- Kamu tidak akan pernah tau, sampai kamu mengalaminya sendiri
Posting Komentar
Posting Komentar