AKU MENJADI JANDA KARENA NANDA (part 7)


17 Desember 2017, tibalah hari yang sangat dinantikan oleh Mila. Hari pernikahannya dengan Nanda. Meski Mila sempat meragu akan sikap dingin Nanda, Ia kemudian menguatkan hatinya. Mila yakin, iya sangat mencintai Nanda dan hidupnya akan bahagia jika menikah dengan orang yang Ia cintai. Dan Mila yakin, dengan ketulusan cinta dari dirinya, Nanda bisa berubah dan sikapnya bisa sedikit melunak. Mila sangat yakin akan apa kata hatinya.

Suasana menjadi haru biru setelah Nanda mengucap Ijab Kabul dan saksi mengucapkan SAH. Mila memandang Nanda dengan takzim, menyalami tangan lelaki yang kini sudah jadi suaminya itu dan mencium punggung tangannya. Nanda pun mengecup keningnya, dan momen bahagia itu tak lupa diabadikan oleh bagian dokumentasi. Ah, Mila sungguh bahagia. Hari ini, di usianya yang baru 21 tahun, Ia resmi menjadi seorang istri.

***

Bulan pertama setelah pernikahan, semua tampak Indah bagi Mila. Nanda yang tadinya begitu cuek, setelah menikah jadi lebih perhatian, dan cenderung posesif malah. Setiap Mila akan berangkat kerja, Nanda tak lagi mengizinkan Mila mengendarai motor sendiri. Nanda dengan telatennya setiap pagi mengantar Mila ke kantor, pada saat siang jam istirahat menjemput Mila untuk makan siang bersama di rumah, mengantar Mila kembali lagi ke kantor dan sore ketika pulang kerja Nanda akan menjemput lagi.

Mila juga menikmati Nanda yang jadi begitu pencemburu. Ia akan tertawa ketika Nanda mencemburui kedekatannya dengan teman-teman sesama marketingnya. Bahkan tiap pulang ke rumah, Nanda akan mengecek handphone Mila dan melihat history chat di aplikasi hijaunya. Chat dari calon customer yang foto profilnya laki-laki pun satu persatu dibaca dengan detail oleh Nanda, untuk memastikan bahwa Mila tak ada kedekatan dengan laki-laki lain.

Semua itu tentu masih terlihat indah awalnya. Mila merasa kecemburuan Nanda yang berlebihan itu berarti suaminya takut akan kehilangan dirinya. Dan tak bisa dipungkiri, cemburu itu tanda cinta, bukan?

Tapi lama kelamaan Mila merasa jengah juga akan sikap Nanda yang berlebihan. Apalagi untuk urusan pekerjaan, Mila merasa terkekang jika harus terus-terusan mengikuti keinginan suaminya.

"Mas, aku mau bicara." ujar Mila malam itu saat mereka sedang santai. Ya, semenjak berstatus menjadi Istri, Mila mengubah sapaan kepada Nanda dengan memanggil Mas, agar terdengar lebih sopan.

"Ya, kenapa?"

"Mulai besok aku mau bawa motor sendiri ke kantor. Kamu nggak usah antar jemput aku lagi. Aku nggak bebas,  Mas, kalo mau nemuin Konsumen atau mau kemana-mana. Aku kan marketing, bukan staff yang kerjaannya stay di kantor. Marketing itu mobilitasnya tinggi. Kan nggak enak sama temen-temen yang lain kalo aku diem-diem aja di kantor."

"Oh, jadi kamu mau bebas? Kenapa, kamu pengen bepergian bebas nemuin laki-laki lain tanpa sepengetahuan aku, ya?"  Nanda menatap tajam ke arah Mila.

"Astagfirullah, kamu kok mikirnya kejauhan sih. Aku kan cuma minta kamu untuk nggak selalu ngintilin aku untuk urusan kerjaan. Aku tuh mau nemuin konsumen, ngurus berkas dan lain-lain jadi susah kalo nggak bawa motor. Kalo mobil kantor kan jarang nganggur, lebih sering dipake staff keuangan untuk urusan ke Bank. Kamu ngertiin dikitlah, Mas." Mila berucap kesal.

"Ya kan kamu bisa hubungin aku kalo mau nemuin konsumen atau apa. Biar aku jemput, terus antar."

"Astagaaa, kamu kan di rumah ngurusin toko sembako, Mas. Nanti malah nggak fokus." Mila berusaha menahan kesal.

"Enggak, toko kan kalo ada yang belanja si Ipang yang urusin. Jadi aku bisa antar jemput kamu kapan aja." Nanda menjawab dengan santainya.

"Nah, iya kalo kamu cepet responnya kalo aku hubungi, Mas. Ini kalo toko dihandle sama Ipang, kamu di rumah suka tiduran aja. Aku telfon kamu suka lama angkatnya. Kalo kerjaan aku lagi urgent gimana?"

"Alasan aja, kamu. Kenapa sih ngotot banget mau bawa motor sendiri? Jangan-jangan kamu mau nemuin laki-laki lain ya?" Ucapan Nanda barusan sungguh membuat Mila meradang marah.

"Kamu apaan sih, Mas! Ngomongnya ngelantur entah kemana."

"Oke kalo kamu memang mau bawa motor sendiri. Silahkan. Tapi jangan kamu pikir kamu bisa bebas dan seenaknya, Aku akan tetap memantau kamu." ujar Nanda lagi.

"Terserah Mas aja. Yang penting kerjaanku nggak terganggu lagi." gumam Mila.

"Yaudah. Tapi jam istirahat siang kamu harus tetap pulang ya. Kita makan siang bareng." titah Nanda lagi.

"Iya, gampanglah itu." jawab Mila enteng.

"Baguslah. Kamu itu istri aku, jadi harus patuh sama apapun kata aku, paham?" Nanda mendelik ke arah Mila.

"Iya, Maaaas...iya."

Besoknya, Mila bersemangat berangkat kerja. Ia senang karena sudah bisa sedikit lebih leluasa dalam bekerja karena Ia membawa kendaraan sendiri. Namun ternyata dugaannya salah, dengan Mila membawa motor sendiri, Nanda justru semakin posesif dan membuat dirinya jadi ribet sendiri. Karena setiap sebentar, Nanda selalu chat menanyakan sedang apa dan dimana. Jika Mila menjawab, harus disertakan dengan foto Mila terkini agar Nanda tidak marah. Dan jika Nanda merasa ragu dengan jawaban Mila, tanpa segan dan kenal waktu Nanda akan melakukan panggilan video untuk memastikan bahwa Mila tidak berbohong tentang di mana keberadaannya. Dan yang lebih parah, Nanda akan cemburu tak jelas jika Mila sedang bersama teman sesama  marketing yang laki-laki. Padahal jumlah marketing di kantor Mila hanya ada 6 orang, dan wanitanya hanya Mila dan Laila, sisanya laki-laki. Jadi Mila memang akan lebih sering bersama teman laki-laki karena sebagian besar Marketing di kantornya adalah laki-laki.

[Mila, kamu dimana? Sekarang sudah jam 12 kenapa belum pulang?] Chat dari Nanda di aplikasi hijau milik Mila.

[Iya, sabar...ini sebentar lagi otw.]

Setelah membalas chat itu, Mila pun segera meluncur menuju rumah.
Sesampainya di rumah, Nanda menyambutnya dan mengajak makan bersama. Di meja makan sudah terhidang menu untuk makan siang mereka.

"Masak apa kamu hari ini, Mas?"  tanya Mila sambil tersenyum teduh.

"Nih, ada ayam kecap, sambal bawang sama tempe goreng."

"Asiik. Dari baunya kayaknya enak nih."

"Iyalah, sudah pasti, masakan Nanda. Memangnya kamu, cewek kok nggak ngerti masak." sindir Nanda.

Deg! Perkataan Nanda barusan sedikit menghujam ke jantung Mila. Ya, Ia akui memang dirinya tak mengerti memasak. Jangankan untuk membuat hidangan seperti yang disajikan Nanda saat ini, membuat sayur tumisan pun Mila harus mencari resep dan bahannya di google dulu.

Ah, semoga saja suatu saat Nanda tak mempermasalahkan soal ini...

Bersambung

*kalo ada yang nanya kenapa Nanda bisa berubah banget dari yang tadinya cuek trus posesif banget, author ga paham yaa 😂. Soalnya ini kan kisah nyata dan emang begitu kejadiannya. Jadi nggak tau daah knapa itu si Nanda begitu, ntah kerasukan apa gimana...nggak ngerti lagi 😂 wkwkwk

Baca juga

1 komentar

  1. How to Use Tic Tac Tac Tac Tac Tac Tac Tac Tac Tac Tac Tac Tac Tac Tac Tac Tac
    Tac Tac Tac Tac Tac Tac Tac Tac Tac Tac Tac Tac Tac trekz titanium Tac Tac Tac Tac Tac Tac Tac aftershokz titanium Tac titanium headers Tac Tac Tac Tac Tac Tac Tac titanium bicycle Tac Tac Tac Tac Tac Tac Tac Tac Tac titanium build for kodi Tac

    BalasHapus

Posting Komentar