- 2019/2020
- Adminisrasi Guru
- Akreditasi
- Akreditasi PAUD
- beasiswa
- Buku Paket
- Celoteh
- Cerita Seri
- Diary Galau
- HANYA CERPEN
- Informatika
- Kurikulum 2013 Revisi 2018
- Modul
- MTs
- Otomotif
- PERANGKAT
- Perangkat SMA
- PROSEM
- Provider Seluler
- Puisi
- Resep Masakan
- RPP
- Soal dan Jawaban
- Soal Dan Kunci Jawaban
- Soal Multimedia
- Teks Laporan
- Teks Rekaman Percobaan
- True Story
CORETAN MAMA MUDA
AKU MENJADI JANDA KARENA NANDA (part 2)
"Hei, jadi gimana?" Nanda mengulang pertanyaannya.
Entah kenapa Mila merasa Ia tak boleh melewatkan kesempatan ini. Mila takut jika harus kehilangan Nanda untuk kedua kalinya. Karna sungguh, rasa itu masih ada. Ia bahkan abai terhadap sikap Nanda yang ketika itu menghilang begitu saja tanpa penjelasan.
"Baiklah, jadi kapan kamu dan orang tua akan ke Kebumen menemui orang tuaku?" ujar Mila kemudian.
***
Setelah hari itu, Mila mengurus surat izin cutinya untuk melaksanakan lamaran. Lamaran akan dilaksanakan di Kebumen, di rumah orang tuanya. Sementara saat ini Mila bekerja sebagai Marketing di sebuah perusahaan property di kota Bogor.
Tadinya Mila pikir semua akan berjalan mulus. Apalagi Nanda termasuk berasal dari keluarga kaya. Namun ternyata, Baskoro - Ayah Mila yang cukup matre itu justru memanfaatkan keadaan, Ia tergiur untuk menguras harta keluarga Nanda.
Setelah acara lamaran usai, Baskoro mengajak Mila dan Ibunya untuk membicarakan perihal rencana pernikahan Mila.
"Jadi gimana, Mil? Keluarga Nanda akan ngasih berapa untuk biaya nikah?" tanya Baskoro Malam itu.
"Sebelumnya aku udah bersepakat sama Nanda, Yah... dia akan kasih mahar 10 gram emas dan uang hantaran untuk pesta sebesar Tiga puluh juta," jawab Mila bersemangat. Ia yakin Ayahnya akan senang, karna untuk ukuran pesta di Kampungnya, nominal itu sudah sangat cukup.
"Hmm, gimana sih! Nanda itu kan orang kaya, masa cuma ngasih tiga puluh juta! Bilang sama dia, tambahin lagi..genepin aja jadi lima puluh juta!" ujar Baskoro dengan suara tinggi.
"Haah..apa gak terlalu berlebihan, Yah? Mila rasa tiga puluh juta sudah cukup besar, kok. Mbak Maya aja waktu nikah dengan uang hantaran sepuluh juta juga cukup." jawab Mila lagi.
"Ya lain lagi lah, Mil. Itu kan sudah dua tahun yang lalu. Sekarang sudah tahun 2017, semua serba mahal. Emang kamu mau kalau nanti tamu undangan sampai kekurangan makan gara-gara duitnya kurang?" cerca Baskoro lagi.
"...." Mila bingung harus menjawab apa. Selain dia ragu apakah pihak keluarga Nanda akan mau memenuhi permintaan Ayahnya, Ia juga takut dianggap terlalu serakah karena meminta uang hantaran dengan nominal tinggi.
"Kalau memang Nanda nggak mau, yaudah...bilang aja pernikahannya dibatalin." tegas Baskoro lagi, seperti tak ingin dibantah. Ia kemudian melangkah menuju kamar, meninggalkan Mila dan Ibunya di ruang keluarga.
Mila semakin dibuat kalut. Ia malu jika harus batal menikah lagi. Karena seluruh temannya di kantor sudah mengetahui rencananya untuk menikah dari surat izin cuti yang diajukannya.
Tahun lalu, Mila juga pernah terlanjur bercerita pada teman-temannya akan menikah, namun rencana itu gagal karna Ayahnya meminta uang hantaran yang cukup besar, sementara pihak keluarga calon suaminya tak bisa menyanggupi. 'Ah...kenapa harus selalu seperti ini? ' teriak hati Mila menahan kesal.
"Gimana nih, Bu? Masa Mila harus ngajuin penawaran lebih tinggi ke keluarga Nanda? Malulah, kayak tawar-menawar dagangan." tanya Mila pada Ibunya yang masih duduk di sebelahnya.
"Ya kamu coba aja dulu, Mil. Manut aja sama apa kata Ayah...." ujar Ibunya lagi sambil mengelus punggung Mila.
Mila mendengus kesal. Begitulah Ibunya, dari dulu selalu manut saja terhadap apa yang dikatakan Ayahnya, meskipun itu salah sekalipun. Hufft, Mila tak punya pilihan lain selain harus mengatakan yang sejujurnya kepada Nanda. 'Daripada gagal kawin, lebih baik dicoba dulu. Namanya juga usaha, ya kan.' begitu fikir hati Mila.
***
Sekembalinya ke Bogor, Mila langsung mengajak Nanda bertemu untuk membahas pernikahan mereka. Ia kumpulkan segenap kekuatan dan menyingkirkan rasa malu, demi rencana pernikahan yang Ia tak mau jika harus gagal lagi.
Dan ketika Mila mengutarakan maksud hatinya, reaksi dari Nanda cukup membuat nyali Mila menciut.
"Haahhh...lima puluh juta? Gila! Itu buat apa aja sih? Keluargamu mau meras aku, ya?" cerca Nanda saat mendengar permintaan Mila.
"Lima puluh juta bukan nominal yang gede kok, Nan. Ayolah...masa cuma segitu keluargamu nggak mampu?" Mila mencoba menawar lagi.
"Ayolah,Mil...kalian jangan mengada-ada. Aku nggak yakin Mama sama Papa mau kasih segitu." Nanda menjawab dengan wajah lesu.
Mila menghela nafas berat. Ia cukup sadar diri bahwa Nanda memang bukan orang kaya, tapi anak orang kaya. Nanda saat ini punya usaha toko sembako, tapi usaha itu dimodali oleh Mama dan Papanya. Pun mobil yang setiap hari dikendarai oleh Nanda, itu juga milik orang tuanya. Jadi wajar jika untuk biaya menikahpun, Nanda masih mengandalkan orang tuanya. Di usianya yang sudah menginjak 25 tahun itu, Nanda belum punya cukup uang simpanan di tabungannya.
"Tapi Ayahku bilang uang hantarannya nggak boleh kurang dari lima puluh juta, Nan. Bujuklah Mama dan Papa agar mau memenuhi permintaan Ayahku," rayu Mila lagi.
"Yang mau nikah itu sebenarnya kamu atau Ayah kamu, sih?" ujar Nanda kesal.
Bersambung
***
Menurut kalian, Pak Baskoro yang terlalu serakah atau keluarga Nanda nih yang pelit?
Hmm, kira-kira Nanda sama Mila bakal jadi nikah nggak yaa? Tunggu kelanjutannya di part 3 ya. Author sekarang mau ngelonin si baby dulu, hehehhe 😀
Baca juga
Contributor
- Anish
- Kamu tidak akan pernah tau, sampai kamu mengalaminya sendiri
Posting Komentar
Posting Komentar